Prediksi Angka Keluar-PT LPIS Siap Desak Konsorsium

Prediksi Angka Keluar-PT LPIS Siap Desak Konsorsium


8togel adalah situs pilihan agen bandar togel dan pemain togel, togel online terpercaya dengan pasaran togel terbaik, togel dengan komisi dan potongan terbesar dan pembayaran tercepat - PT Liga Prima Indonesia Sportindo (PT LPIS), akan desak pihak konsorsium untuk mengucurkan dana yang tersendat. Hal ini terkait, terjadinya krisis finansial yang dialami klub-klub Indonesia Premier League (IPL) di awal putaran kedua.

Krisis keuangan yang berujung pada mandeknya kinerja klub-klub IPL, dirasakan begitu nyata akhir-akhir ini. Setelah Persema Malang terang-terangan berbicara jika pihaknya sudah dua bulan tidak lagi mendapat kucuran dana pihak konsorsium, klub-klub seperti Persija Jakarta dan PSM Makassar juga mengeluhkan hal yang sama.

Masalah-masalah yang dialami klub-klub IPL di atas memang cukup bervariasi. Namun, apa yang dirasakan klub tersebut tentu saja akan berdampak sangat besar jika didiamkan begitu saja. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pihak PT LPIS pun berniat untuk menayakan keluhan dari klub-klub tersebut kepada pihak konsorsium. Langkah itu diambil PT LPIS, mengingat sudah adanya ancaman mogok bermain dari klub peserta IPL.

“Kami akan berusaha untuk membantu klub-klub tersebut bertemu dengan pihak konsorsium. Dan hal itu, akan jadi salah satu bentuk usaha bantuan dari PT LPIS. Kami akan desak mereka (konsorsium), untuk terus menjalani komitmen awal dengan membiayai klub-klub IPL sampai akhir musim kompetisi,” ungkap CEO PT LPIS, Widjayanto kepada wartawan, Minggu (29/4/2012).

Widja, sapaan akrab Widjayanto pun menjelaskan, jika kompetisi yang dikelolanya saat ini benar-benar mendapatkan dampak besar atas keterlambatan tersebut. Akan tetapi, Widjayanto juga mengingatkan, jika apa yang terjadi saat ini adalah satu proses adaptasi. Hal itu mengingat tidak lagi klub-klub yang bermain di IPL mendapatkan kucuran dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

“Yang perlu dipastikan adalah, sebagai penyelenggara liga, kami juga terkena dampak dari masalah ini. Tapi, PT-PT tersebut kan baru dibentuk. Dan perpindahan dari APBD ke non-APBD juga harus diperlukan adaptasi. Tapi kalau saya rasa, tetap ada bantuan dari pihak sponsor yang sebenarnya sedikit banyak membantu klub-klub tersebut soal pendanaan,” papar Widjayanto.

“Tapi hal-hal seperti ini wajar-wajar saja terjadi saat ini, karena kami pun masih dalam era transisi. Kalau saya boleh katakan, di kompetisi sebelah juga masalahnya tidak lebih dari ini. Karena kabarnya, di kompetisi sebelah juga ada klub yang sudah empat bulan tidak menerima gaji para pemainnya. Jadi, kita harus fair menilai masalah ini,” sambung pria yang juga mantan wartawan tersebut.

Agar masalah-masalah seperti ini tidak terus berlanjut di musim-musim kompetisi selanjutnya, pihak PT LPIS pun kembali mendengung-dengungkan diterapkannya salary cap. Kebijakan tersebut dilakukan, untuk mengantisipasi pemborosan yang dilakukan oleh seluruh klub IPL yang dibiayai langsung oleh pihak konsorsium.

“Dari awal saya sampaikan, jika saat ini klub-klub di Indonesia harus benar-benar berbenah dan sangat dibutuhkan bentuk penerapan salary cap. Di awal kami selalu dengung-dengungkan hal itu. Tapi klub menolak. Saya rasa, musim selanjutnya hal itu harus benar-benar diterapkan dengan baik,” terang Widjayanto.

Keluhan atas keterlambatan yang terjadi di klub IPL, juga disuarakan oleh pemain. Bomber Persija, Emanuel De Porras, dengan tegas menyatakan jika keterlambatan hak yang harus diterimanya tersebut jelas memberikan pengaruh kepada pemain. Tapi, walau masalah tersebut membuatnya kesulitan, penyerang asal Argentina ini akan terus profesional menjalani kontrak yang ada.

“Bohong jika kami tidak terganggu dengan adanya masalah tersebut. Tentu setiap pemain akan terganggu konsentrasinya, jika hal-hal yang harusnya didapatkan tidak berjalan dengan sempurna. Tapi kami tidak mau hal itu membuat permainan kami tidak maksimal, karena kami harus tetap bersikap profesional,” tutup De Porras.